Monday, June 12, 2023

Putri, Berkah Untuk Semua


Belum reda euforia atas kemenangan Tim Nasional Sepakbola kita di ajang SEA Games XXXII Cambodia, kini bangsa Indonesia kembali dibuat bangga oleh seorang entertainer. Penampilan Ariani Nisma Putri atau lebih dikenal dengan Putri Ariani di panggung America's Got Talent (AGT) 2023 menjadi berkah bagi banyak pihak. Penampilannya di panggung AGT pada 7 Juni 2023 ini memukau semua orang. Tak hanya suaranya yang nyaris tanpa cela, permainan piano yang ditunjukkan Putri pun sangat mengesankan. Begitu pula penampilan fisik putri yang sangat anggun, ceria, dan penuh semangat, kendatipun yang bersangkutan tunanetra. Putri memang jenius.


Penampilan, kemampuan olah vokal, serta kelihaian bermusik Putri adalah karunia lengkap bagi seorang entertainer seperti dirinya. Hal-hal ini pula yang membuat semua orang jatuh hati kepadanya. Sejak video penampilannya di ajang AGT dirilis, mulai bermunculan video-video reviu tentang penampilannya di panggung AGT ini. Tampaknya semua orang mengakui keunggulannya, dan lebih dari itu, semua sangat menyayanginya.

Bagi bangsa Indonesia, kebanggaan sudah muncul sejak awal, ketika Putri mulai memperkenalkan diri. Patriotisme Indonesia memang luar biasa, begitu nama Indonesia disebut maka semua orang otomatis akan memberi dukungan penuh. Bahasa Inggris Putri yang jelas dan lancar menunjukkan literasi bangsa yang sudah sangat maju. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa besar ini. Tak hanya masyarakat awam, para politisi dan pejabat pun menggemakan penampilan Putri yang fenomenal di panggung AGT ini.

Selain bangsa Indonesia, kaum difabel di seluruh dunia turut mendapatkan vibe yang baik dari penampilan Putri. Kaum difabel menemukan inspirasi dan impresi yang sangat kuat dari seorang Putri Indonesia. Maka tak heran semua orang terhenyak kagum, speechless, ketika Putri mengakhiri penampilannya.

Banyak yang menitikkan air mata, bahkan di video-video reviu yang mereka buat. Sebagian lainnya dibuat berkaca-kaca. Tak heran Simon Cowell yang selama ini dianggap sebagai juri killer pun 2 kali naik ke atas panggung untuk Sang Putri. Tak hanya itu, Simon juga memposting penampilan Putri hingga dua kali di akun medsos pribadinya. Dua postingan ini pun memecahkan rekor likes dengan masing-masing di atas tiga ratus ribu likes.

Berkah yang tak kalah besar adalah untuk AGT sendiri. Postingan atas penampilan Putri di berbagai platform milik AGT telah memecahkan rekor views atau likes. Tentu ini menjadi berkah luar biasa bagi America's Got Talent mengingat jumlah likes dan views adalah sumber uang atau monetisasi di sejumlah platform. Ketika tulisan ini dibuat, postingan penampilan Putri sudah mendapat 26 juta views di youtube pada hari kelima.

Jumlah ini melebihi jumlah subscriber kanal AGT sendiri yang hanya sekitar 24 juta. Jumlah ini juga sebanding dengan 5 tahun raihan video musik dari sejumlah penyanyi tanah air yang kemudian menjadi viral. Di platform Instagram, sudah tercatat 9,5 juta plays dan 708 ribu likes, sebuah rekor baru untuk satu postingan AGT. Sama dengan yang dilakukan oleh Simon, AGT pun mengunggah postingan kedua untuk Putri Ariani.

Putri Ariani telah menjadi berkah bagi banyak kalangan. Ia telah menjadi kebanggaan bangsa dan menjadi kesayangan dunia. Semoga Putri akan mencapai cita-cita yang didambakannya, meraih sekolah idaman, dan hidup bahagia sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar ini. Apapun hasil akhir yang akan dicapai oleh Putri pada bulan Agustus nanti, Putri Ariani telah membuat bangga bangsanya dan telah memberikan penghiburan bagi seluruh umat di dunia.


Sunday, March 5, 2023

PASAR TURI YANG MENYEPI

Ini adalah wajah baru Pasar Turi atau, sesuai dengan emblem yang tertera pada sisi bangunan, disebut sebagai "Pasar Turi Baru". Pasar Turi di dekat Tugu Pahlawan, Bubutan ini mungkin adalah salah satu pasar konvensional terbesar dan tertua yang masih ada hingga kini. Pasar yang menjadi salah satu icon Kota Surabaya ini diperkirakan sudah ada sejak 800-an tahun silam. Tidak sebatas warga Surabaya atau Jawa Timur yang mengenal tempat ini, hampir semua orang minimal pernah mendengar namanya.

Ketika foto ini diambil pada 26 Februari 2023, suasana pasar ini sudah sangat berbeda dengan 20-an tahun lalu. Keramaian di hari Minggu sudah tak tampak lagi seperti dulu, meskipun secara resmi Pasar Turi Baru telah beroperasi sejak tahun lalu. Perubahan generasi dan demografi, perubahan layout Kota, perubahan selera dan kebiasaan masyarakat, mungkin menjadi 3 dari sekian banyak penyebab perubahan suasana pasar ini. Di seberang jalan sudah berdiri PGS (Pusat Grosir Surabaya) sejak beberapa tahun silam, pun dengan tingkat hunian los yang juga tidak optimal. Jika menyeberangi rel kereta dari PGS kita juga bisa temukan pusat grosir baru lainnya yaitu Dupak Grosir yang oleh sebagian masyarakat tampaknya dianggap lebih merepresentasikan Pasar Turi lama. 

Faktanya, di samping pertumbuhan pusat perbelanjaan Kota Surabaya yang cukup konstan, terdapat sejumlah pusat perbelanjaan yang mati atau mengalami sekarat. Salah satu yang cukup mengenaskan adalah Mall THR atau Hi-Tech Mall, pusat perbelanjaan komputer di Jalan Kusuma Bangsa, Tambaksari yang juga sempat di puncak kejayaan sekitar 2 dekade silam. Mall di samping Taman Hiburan Rakyat (THR) Kota Surabaya ini beberapa tahun terakhir tampak sepi dan tak terurus. Demikian pula dengan JMP (Jembatan Merah Plasa) di samping situs legendaris Jembatan Merah Krembangan yang mengalami penurunan keramaian. Apakah mereka akan mampu berevolusi dan bertahan? Waktu yang akan menjawabnya.

Wednesday, March 1, 2023

Satria dan Teknologi Pengantar Sinyal Ekstraterestrial

Apa kabar Satria? Ini bukan tentang Satria FU One Million limited edition, motor kesayangan yang lagi istirahat beberapa purnama terakhir di rumah. Ini tentang satelit milik Republik kita tercinta yang beberapa waktu silam santer diberitakan dan rencananya akan diposisikan di orbit pada paruh kedua tahun 2023 ini. Satria, merupakan akronim dari Satelit Multifungsi Republik Indonesia. Sebagian media menyebut sebagai Satelit Republik Indonesia atau Satelit Indonesia Raya. Satelit ini cukup dielu-elukan karena akan menjadi wahana pengantar sinyal komunikasi berkualitas tinggi.

Informasi yang tersedia menyebutkan bahwa pengembangan satelit Satria oleh Pemerintah melalui Kementerian Kominfo ini dilaksanakan menggunakan skema KPBU (Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha). Konsorsium Pasifik Satelit Nusantara (PSN) yang terdiri dari PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera merupakan pemenang tender pengembangan satelit ini, dan konstruksinya dilakukan oleh pabrikan asal Prancis bernama Thales Alenia Space dengan perkiraan biaya sekitar US$545 juta.

Selaku pribadi, penulis berharap bahwa peningkatan teknologi apapun yang dikemas ke dalam satelit ini, akan membawa efisiensi baik bagi Pemerintah, para pemangku kepentingan, maupun para pengguna layanan yaitu masyarakat luas. Biaya penggunaan teknologi khususnya jaringan nirkabel di tanah air masih terasa mahal. Sebagai pengguna jasa telekomunikasi nirkabel, grafik biaya yang dikeluarkan menunjukkan peningkatan pada beberapa tahun terakhir. Jika tren ini tidak berubah maka peningkatan biaya ini bisa jadi akan mengembalikan biaya penggunaan jasa telekomunikasi ke titik awal.

Bagi Indonesia, akhir milenium kedua merupakan titik awal pertumbuhan teknologi nirkabel dengan kepemilikan handset yang mulai meluas di seluruh tanah air. Ponsel menggantikan teknologi populer sebelumnya yaitu penyeranta (pager) yang mungkin merupakan teknologi dengan umur terpendek di Indonesia. Tahun 1999 – 2001 booming penjualan telefon seluler menyebar ke seluruh tanah air. Meskipun penulis sudah memanfaatkan fasilitas ponsel Ericsson di pertengahan 1990-an dengan kartu SIM seukuran kartu kredit dan penggunaan ponsel Nokia generasi awal dengan kartu seukuran jempol, namun penulis baru membeli ponsel pertama dengan penghasilan pribadi pada 2001 (di Kalimantan Timur) dengan pilihan merk yang jatuh ke Siemens seharga Rp1,5 juta dan kartu SIM (perdana) seharga Rp750 ribu. Ponsel monofonik ini baru mampu melaksanakan fungsi telefoni, SMS (Short Message Service), dan MMS (Multimedia Message Service). Dengan kemampuan tersebut, biaya langganan (pulsa) bulanan rata-rata yang harus dibayar ke operator seluler adalah sebesar Rp600 ribu. Jadi cukup mahal, bukan?

Tahun berikutnya penulis beralih ke ponsel pintar dari pabrikan yang sama dengan kemampuan mengakses internet melalui teknologi GPRS (General Packet Radio Service). Dengan ponsel ini selancar jejaring mulai dapat dilakukan termasuk dengan pemanfaatan ponsel ini sebagai modem khususnya untuk laptop. Bagaimana dengan biaya yang dikeluarkan? Kurang lebih sama dengan penggunaan jaringan kabel (cable modem) untuk internet, mencapai jutaan rupiah untuk satu bulan. Dapat dikatakan masih sangat mahal, atau terasa sama dengan pengenaan biaya untuk percakapan jarak jauh. Penggunaan fiber optik pada periode berikutnya relatif memangkas biaya, dan operator mulai lebih kreatif dalam memasarkan jasa.

Ada kecenderungan peningkatan biaya layanan dengan adanya peningkatan teknologi pengiriman sinyal atau, jika keadaan sesungguhnya memang tidak demikian, meningkatkan nilai pengeluaran para pengguna layanan. Contohnya adalah peralihan dari teknologi pengiriman sinyal generasi pertama ke generasi 2 di atas, atau peralihan berikutnya dari 2G ke 3G. Bisa jadi dengan peningkatan teknologi maka pengguna layanan merasa lebih nyaman berselancar sehingga menghabiskan lebih banyak waktu dan akhirnya berdampak ke biaya. Kendatipun demikian, kita dapat melihat bahwa setelah layanan internet dijual dengan kemasan paket data, harga paket internet terus meningkat dari masa ke masa. Sama halnya dengan harga komoditas lainnya, harga paket internet juga mengikuti laju inflasi. Bisakah harga penggunaan jasa ini diturunkan dengan peningkatan teknologi pengiriman sinyal, ini merupakan tantangan kita sesungguhnya.


Sunday, January 15, 2023

CINTA TAK BERSYARAT, MUNGKINKAH?

Lama meragukan apakah cinta sejati, cinta tak bersyarat, memang wujud di dunia fana. Lama mencari jawaban, apakah benar-benar ada makhluk yang mampu berikan cinta tak bersyarat. Apakah ia hanya dapat dijumpai pada seorang ibu terhadap anaknya? Setelah diberi kesempatan berjumpa dan mendengarkan Ustadz KH Syatori Abdul Rauf, alhamdulillah sedikit banyak mampu menjawab soalan-soalan ini. Meskipun tak seberapa lama, namun paparan beliau memberikan perspektif lain mengenai cinta.

Jika tak mendengar langsung dari beliau, sebagian besar dari kita akan mengalami kesulitan untuk mencerna pengajaran ini. Dengan alur presentasi yang sangat baik beliau mampu memberikan pemahaman mengenai ilmu/basyar dan basyiroh kepada audiens yang hadir. Mengikuti paparan beliau seperti mengikuti kembali paparan Buya HAMKA di masa lalu. Sedikit tulisan berikut ini adalah hal-hal penting yang dapat penulis tangkap dari paparan Ustadz KH Syatori Abdul Rauf selama sekitar 1 jam beberapa saat lalu.


- Untuk bisa sabar, butuh keadaan yang bisa membuat tidak sabar. Tahu Saja Tidak Cukup (Ilmu), Kita Perlu Rasa (Basyiroh);

- Kualitas kejernihan hati kita yang menurun terjadi akibat kita berfokus pada cita rasa, bukan pada rasa. Jika fokus kita pada rasa maka keadaan baik maupun buruk, positif maupun negatif, akan terasa sama saja di mata dan hati kita;

- Basyiroh sebenarnya pantulan cahaya ilmu yang masuk ke dalam qalbun salim. Cahaya Ilmu dan Cahaya Basyiroh hakikatnya satu paket; ilmu menjadi sia-sia tanpa basyiroh;

- Jika diibaratkan hati adalah cermin maka basyiroh adalah cahaya yang dipantulkan. Kemampuan memantulkan kembali cahaya tergantung pada kejernihan cermin tersebut;

- Tingkat kejernihan hati : Qalbun salim (hati yang damai -tingkat tertinggi), qalbun shahih (hati yang baik), qalbun rayb (hati yang ragu), qalbun maridh (hati yang sakit), qalbun mayyt (hati yang mati).


Lalu di manakah letak hubungan antara paparan "ilmu dan basyiroh" dengan cinta sejati ini? Ustadz KH Syatori Abdul Rauf dalam kajian-kajian beliau kerap kali membagi perilaku kita dalam kapasitas sebagai "manusia (biasa)" dan sebagai "hamba Allah". Sebagaimana kita maklumi bersama, peran sebagai hamba Allah adalah tugas setiap manusia dan jin yang telah diciptakan dan diturunkan ke alam fana ini. Ketika kita menjalankan peran sebagai hamba Allah maka kita tidak lagi berpikir tentang "cita rasa". Kita hanya akan mendapati "rasa" dan menerimanya sebagai sesuatu yang datang dari Allah. Sederhananya begini; kita mendapati Kecap merk "X" dan Kecap merk "Y". Dalam situasi demikian kita tidak memikirkan lagi "favorit saya adalah kecap merk "X"! Tidak, kita tidak membandingkan "X" dan "Y", kita hanya melihat "Kecap", keduanya terbuat dari kedelai dengan tekstur yang kurang lebih sama. Demikianlah basyiroh.

Dengan melihat "Kecap" dan bukan merk "X" atau "Y", kita telah melangkah untuk lebih berfokus pada "rasa" dan bukan "cita rasa". Dengan kata lain, "favorit" ataupun "bukan favorit" tidak menjadi masalah. Oleh karena itu, mendapati kecap merk "X" maupun kecap merk "Y" bagi kita sama saja. Demikianlah keadaan qalbun salim (hati yang damai, hati yang selamat), tatkala ujian atau karunia, susah ataupun senang, adalah hal yang sama-sama datang dari Allah dan kita terima dengan baik sebagai bentuk rahmat (kasih sayang) dari Allah. Sedangkan kita tidak pernah mengetahui perhatian apa lagi yang disiapkan Allah untuk kita pada saat berikutnya.

Qalbun salim tidak pernah berhitung untung dan rugi, qalbun salim tidak pernah menilai perbuatan baik kita apakah diterima dengan baik atau sia-sia. Yang ada hanyalah perhitungan apakah Allah meridhai amal kita, apakah Allah menerima ibadah kita dengan "senyum". Oleh karena itu, amal baik kita harus dipandang sebagai karunia, sebagai rahmat Allah berupa kesempatan bagi kita untuk berbuat baik. Dengan demikian apa yang kita berikan untuk makhluk lain adalah bentuk balasan dari karunia yang kita terima. Apakah sebuah balasan patut ditunggu balasannya lagi? Hanya qalbun salim yang mampu memberikan cinta sejati, cinta tak bersyarat.

Maka dari itu, mari berbuat baik, dan jangan pernah berharap balasan apapun kecuali dari Allah. Beribadahlah, dan jangan sekali-kali berharap mendapat ganjaran, karena setiap amal hakikatnya adalah balasan, dan yang kita cari dari setiap amal adalah semata-mata ridha Allah. Ridha-Nya pula yang akan menentukan apakah kita patut ditempatkan di syurga atau sebaliknya. Jika ridha yang memungkinkan kita masuk syurga maka bukankah berarti kedudukan ridha ini di atas syurga itu sendiri? Ini yang harus kita raih. Allahu a'lam bi muradhihi bi dzalik.

Sunday, February 6, 2022

Anak Semesta


Aku mengikuti perjalanan seorang gadis kecil,

yang berayah dan beribu,

namun seperti tak memiliki siapa-siapa,

dalam kesendirian ia hanya berharap.


Aku mencoba memahami hati seorang gadis kecil,

yang ditinggal ayah dan ibu,

bukan karena mereka telah berpulang,

namun pikiran yang jungkir balik dan hati yang (mungkin telah) mati.


Ia tak mengenalku, namun aku mengenalnya,

dari orang tua yang sibuk entah pura-pura.

Dari kejauhan kukira-kira pikirannya,

ada yang ingin diungkap, namun tak sanggup dikata.


Pun ia tak pernah yakin, apakah ibu menyayanginya,

Ia tak pernah merasa pasti, apakah ia cukup berharga di hati ayahnya.

Dilaluinya hari dengan tanya, kapan ibu akan menjenguk?

Dilaluinya hari dengan tanya, apakah ibu merindu?


Dari jauh kuperhatikan,

gadis kecil yang cerdas namun selalu ragu,

orang tuanya mungkin tak memahami,

seseorang boleh berbuat salah, namun tak boleh ragu.


Dari hati kularungkan doa,

agar sempat melihat senyum dan tawa,

bahwa ia tetap menghargai ayah ibu,

dari keakrabannya dengan duka dan ketegaran jiwa.


Dari jauh kulampirkan harapan,

kelak ia menjadi wanita paripurna,

yang mengambil semua kebaikan tanpa keburukan,

dari semesta yang telah membesarkannya.




Saturday, December 18, 2021

Religious Hiccups : Ketika Agama Dijadikan Kedok Penipuan Paling Efektif

Adakalanya tanpa sadar kita menyemangati kejahatan, yaitu dengan mempercayai orang-orang yang salah. Semua dapat terjadi hanya karena kita tidak berlapang dada untuk menerima perspektif orang lain yang jujur. Bisa juga karena kita kehausan derajat tinggi di antara manusia, tanpa mengingat bahwa derajat di langit lebih patut dikejar dan dipertahankan.    


Kasus-kasus kejahatan yang menggunakan agama sebagai medium saat ini kembali marak. Sungguh mengundang keprihatinan kita sebagai insan beragama, betapa pegangan hidup yang mulia dikemas sedemikian rupa sehingga orang-orang terpedaya dan satu demi satu menjadi korban. Mengapa agama begitu mudah dijadikan tameng, dijadikan kedok untuk menipu? Kekosongan spiritual yang membutuhkan langkah pengisian merupakan alasan pertama. Di jaman yang materialistik ini sebagian orang lupa (atau melupakan) dimensi lain dari hidup, sisi spiritual. Sebagaimana pernah disampaikan oleh Martin Luther King Jr dalam sebuah khutbah pada lebih setengah abad lalu, terdapat 3 dimensi yang membuat hidup seseorang menjadi lengkap, salah satunya adalah dimensi spiritual. Tanpa mengisi ketiga dimensi ini maka hidup manusia akan kosong, takkan pernah lengkap.

Sebab kedua, kedalaman agama setiap orang tidak dapat diuji secara empiris, bahkan tidak terdapat lembaga yang memiliki kewenangan untuk menguji ataupun membuktikannya. Pada prinsipnya, agama adalah urusan manusia dengan Tuhan. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala sisi dari makhluk-makhluk-Nya, termasuk sisi mental spiritual. Ketika secara empiris seseorang nampak memiliki kedalaman beragama, secara kasat mata terlihat menjalankan perintah-perintah agama dengan teguh, orang-orang di sekitar dengan naif akan menganggap bahwa orang tersebut "tidak kosong", dianggap memiliki kemampuan yang memadai untuk menghubungkan dirinya dan bahkan orang-orang lain dengan Tuhan. Mereka terjebak dalam paradigma pemahaman tersebut, sehingga ketika  "si pelaku" mendekat ia akan menerima dengan rasa hormat dan segenap kepatuhan. Ia menganggap dirinya kalah secara spiritual dan seperti kerbau yang dicucuk hidung ia akan tunduk pada segala kemauan si penjahat. Sangat ironis.

Leluhur Jawa sudah mewanti-wanti, "ojo kagetan, ojo gumunan", jangan gampang kaget, jangan lekas takjub. Rupanya pengingat ini mengajak orang-orang untuk menghindari kenaifan, untuk selalu waspada pada segala potensi buruk yang mungkin timbul akibat pemahaman yang dangkal akan seseorang atau suatu fenomena. Kenapa mesti takjub, kenapa mesti kaget, sedangkan setiap orang hadir ke dunia ini dilengkapi dengan potensi yang sama? Kecenderungan ini terjadi di mana-mana, dalam kehidupan sosial, maupun dalam kehidupan profesional. Dunia memang telah berubah, hidup kita tak lagi sederhana. Persaingan dalam bidang apapun terjadi, apatah lagi dalam kehidupan profesional. 

Orang-orang mulai akrab dengan frasa "personal branding", yang sebelumnya hanya dikenal dan dipraktikkan dalam dunia pemasaran. Dari sini orang mulai menggelar rangkaian kegiatan pemasaran untuk dirinya. Mereka melakukan "signalling" atau menjual untuk mendapatkan perhatian orang dan "flexing" atau pamer untuk memperoleh kepercayaan. Yang dituju adalah penilaian orang, penilaian yang akan membawa keuntungan untuk pribadi mereka. Dalam tataran yang lebih dalam namun sembrono, mereka bahkan tega menjatuhkan harga diri orang dan meniadakan kebaikan maupun keunggulan orang atau pihak lain yang dianggap menjadi pesaing atau akan menjadi penjegal langkahnya. Pada satu titik, hanya mata batin yang mampu melihat hal-hal seperti ini.  

Fenomena penipuan dengan kedok agama bukan monopoli orang-orang dari satu agama tertentu. Jika kita berniat menelusuri sejarah, sudah banyak orang dari berbagai agama yang memanfaatkan inteligensi mereka untuk keunggulan pribadi. Keunggulan itu dapat berupa akses ke dalam suatu kelompok atau fasilitas tertentu, nama besar atau popularitas di kalangan kelompok atau masyarakat luas, keberlimpahan harta, dan sebagainya yang bersifat duniawi. Keinginan atas berbagai keunggulan itu tentu suatu hal yang wajar. Namun, sisi buruk hal ini adalah hilangnya kemerdekaan orang lain (biasanya dialami oleh para pengikut), hilangnya keadilan bagi pihak lain (biasanya dialami oleh pihak yang setara atau "pesaing"), bias dalam penilaian terhadap pribadi, dan hal-hal buruk lain yang membuat bumi ini tampak sebagai tempat yang tidak layak ditinggali.

Namun dari semua pengaruh terburuk dimaksud, hal yang terburuk dari yang terburuk adalah tercorengnya kemuliaan agama dari kelompok dimaksud ketika pada akhirnya kedok terbongkar. Marwah agama dan Tuhan dipertaruhkan akibat ketiadaan ikhlas dari orang-orang yang mementingkan kemuliaan diri dan kebesaran nama pribadi. Allahu a'lam.

Putri, Berkah Untuk Semua

Belum reda euforia atas kemenangan Tim Nasional Sepakbola kita di ajang SEA Games XXXII Cambodia, kini bangsa Indonesia kembali dibuat bangg...