Saturday, December 31, 2011

DREAM : A Mental Projection of The Muscles
(A Flash of Thought on Psychology)

SUMBER MIMPI
Mimpi bisa jadi merupakan sebuah cerminan batini dari otot-otot tubuh. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits bahwa mimpi dapat bersumber dari Sang Pencipta (mimpi baik) maupun syetan (mimpi buruk) maka mimpi yang tidak mengandung nilai baik maupun buruk (atau yang sekadar merupakan bunga tidur), memiliki kemungkinan terbesar sebagai cermin batin dari laku otot-otot tubuh ini (Silakan baca kodifikasi hadits dalam Shahih Muslim). Kata "mental/batin" di sini dipakai untuk menegaskan ketidakhadiran kesadaran (the absence of consciousness), tingkat atau state yang dilalui orang-orang ketika dalam keadaan tidur. Sigmund Freud menggolongkan mimpi berdasarkan sumbernya menjadi 4, yaitu external (objective) sensory stimuli, internal (subjective) sensory stimuli, internal (organic) physical stimuli, dan Purely psychical sources of excitation

Tulisan Sigmund Freud tentang mimpi "The Interpretation of Dreams" tidak menjawab keingintahuan kita tentang hal-ikhwal mimpi ini. Freud memang menyajikan sebuah hipotesis mengenai sebuah makna. Sedangkan interpretasinya "mimpi merupakan keinginan yang terepresi", tidak pula memberi kita banyak hal untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang sesungguhnya terjadi ketika kita bermimpi. Pertanyaan ini memang sangat sulit dijawab bahkan oleh orang-orang yang mengkhususkan hidup untuk ilmu pengetahuan dan menjauhkan diri dari ikatan transendental dengan Sang Pencipta. Sayangnya, mereka tidak menyadari bahwa justru ikatan transendental itulah yang sesungguhnya memberikan benang merah jawaban atas pertanyaan tentang mimpi tersebut.

MEKANISME DAN KOORDINASI
Mengenai mekanisme mimpi baik dan buruk yang sepenuhnya bersumber dari Sang Pencipta dan bisikan syetan, sepenuhnya menjadi kehendak dan izin Sang Khalik. Kedua wujud mimpi ini bisa jadi berpengaruh secara fisik dalam pengertian gerakan otot-otot tubuh, namun tidak selalu demikian. Sedangkan mimpi yang merupakan cerminan batin otot-otot tubuh sepenuhnya tidak mengandung makna apa pun selain merupakan sebuah peringatan bagi tubuh, misalnya untuk mengubah posisi tubuh karena sebuah organ dalam posisi terjepit.

Kita mungkin pernah bermimpi lumpuh dan ketika kita terbangun rupanya otot kaki kita merasakan sakit dan kesemutan. Pada saat kaki kita terlipat, misalnya, dan menimbulkan rasa sakit, dalam posisi tubuh tertidur, otot-otot kaki yang sakit akan mengirimkan sinyal "sakit" ke otak. Para ahli sependapat bahwa sebagai pusat koordinasi, otak menerima banyak sinyal dari berbagai organ dan panca indera. Kendatipun demikian, kita hampir tidak pernah mengetahui penjelasan lebih lanjut mengenai kemampuan pengiriman sinyal oleh organ-organ ini.

Apakah ketika organ tubuh kita mendapati sesuatu keadaan maka ia akan selalu menyampaikan pertanyaan ke otak untuk memperoleh jawabannya, ataukah organ kita akan langsung mengetahuinya dan menyampaikan informasi tersebut ke otak? Jika pernyataan pertama yang benar maka dapat disimpulkan bahwa kita adalah makhluk yang lambat. Jika pernyataan kedua yang benar maka itu mengandung arti bahwa organ-organ tubuh kita secara sendiri-sendiri memiliki kemampuan mengetahui bahkan berpikir (intelligence).

SEL DAN INTELEGENSI
Terlepas dari kedua hipotesis tersebut, ketika sebuah organ kita contohkan sakit pada saat kita tidur, informasi ini akan membentuk sebuah citra mimpi sedemikian rupa sehingga pada akhirnya kita terbangun (dan mendapati sakit pada organ yang sesungguhnya). Dari sini kita mendapati banyak pertanyaan yang signifikan, antara lain :
  1. Jika otak memang satu-satunya pusat pengolah intelegensi, mengapa otak tidak langsung menyajikan informasi ke seluruh tubuh seperti : 'kaki sakit karena terjepit'?
  2. Bagaimana mekanisme penyampaian informasi 'kaki sakit' ke alam mimpi?
  3. Bagaimana mekanisme mimpi membangunkan tubuh, atau bagaimana mekanisme otak memperoleh kesadarannya kembali?
  4. Bagaimana sesungguhnya mekanisme koordinasi otak dan organ-organ tubuh dalam hubungannya dengan keadaan sadar dan tidak sadar?
Ketika lidah kita mengecap sesuatu, apakah lidah kita mengidentifikasi rasa sebagai 'manis' dan menyampaikan informasi ke otak sebagai 'manis', kemudian otak menyimpulkannya sebagai 'gula'? Ataukah lidah kita secara independen mengidentifikasi 'manis', dan menyimpulkan 'manis dari gula', kemudian menyampaikannya ke otak? Tugas siapakah untuk menyimpulkan? Kita sekarangmempunyai hipotesis bahwa "organ-organ kita (atau lebih khusunya sel-sel tubuh kita) memiliki intelegensi masing-masing".


Hal tersebut dapat kita pahami ketika kita mengalihkan perhatian pada pertumbuhan sel. Ambillah sebuah contoh ketika kulit kita tersayat benda tajam. Dalam waktu tertentu luka sayat tersebut akan kembali ke posisi semula dengan regenerasi sel. Apakah regenerasi ini semata-mata merupakan perintah otak, dengan kata lain sel membelah atau melakukan regenerasi sesuai perintah otak, ataukah dengan intelegensinya sendiri sel beregenerasi dan menyembuhkan luka (berdasarkan hukum alam)? Bagaimana otak memerintahkan sel untuk membelah atau beregenerasi padahal otak sendiri secara fisikal juga (sekadar) merupakan kumpulan sel?

[bersambung, mungkin...]

Saturday, November 12, 2011

Bunch of Jasmine

Mom, 
the jasmine you cherished bloom today, 
I'd convey them to you tomorrow, insyaAllah...




Friday, September 30, 2011

KEBAHAGIAAN Adalah Hak Semua Orang? Salah!!!

Jika Anda selama ini memegang prinsip bahwa kebahagiaan adalah hak semua orang atau hak setiap individu, Anda harus berpikir ulang. Kajilah kembali prinsip Anda tersebut! Mengapa demikian? Karena prinsip tersebut akan terus membuat Anda menderita seumur hidup jika kenyataan yang Anda hadapi dari hari ke hari tetap jauh dari makna "bahagia". Bangunlah dari mimpi! Hadapilah kenyataan bahwa kebahagiaan bukanlah hak Anda! Ya, kebahagiaan bukanlah hak!

Anda mungkin memperhatikan di sekeliling Anda, bahwa banyak orang di sekitar Anda yang selalu hidup kekurangan, menderita, bahkan hingga mereka tutup usia? Ya, mereka tidak sempat merasakan arti hidup bahagia. Sebagian di antara mereka menghadapi itu semua dengan tenang dan tetap tabah. Sebagian lainnya menghadapi itu semua dengan amarah, dengan terus mengumbar kata dan laku yang mencerminkan ketidakpuasan.

Sebagian yang pertama tampaknya telah menyadari bahwa kebahagiaan bukanlah hak mereka, mereka hanya berusaha menjalani hidup dengan apa adanya, seperti mengikuti saja ke mana arus air kehidupan akan mengalir. Sebagian berikutnya berbeda dengan sebagian yang pertama dalam hal penerimaan atas pemahaman akan hal ini. Mereka tetap ngotot bahwa kebahagiaan adalah hak mereka. "Mana kebahagiaanku?", "mana bahagia yang menjadi hakku?", "oh Tuhan, kenapa tak kuberikan hak kami untuk bahagia?", demikian seterusnya penuh dengan tuntutan-tuntutan lain yang senada. Sampai terisak-isak, sampe hidung meler dan wajah full ingus...!!! Sak no rek...!!! melasi nemen cah..!!!

Ingatlah sabda Rasulullah Muhammad bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan seorang anak manusia telah menjadi qadha Sang Pencipta sejak ia masih berada di perut ibunya. Coba bacalah Shahih Muslim nomor 4781,  dan kita akan pahami bahwa hukum awal kebahagiaan adalah bukan hak setiap orang, melainkan tak lebih daripada sebagai ANUGERAH ALLAH.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam sebagai Ash-Shadiq Al-Mashduq, orang yang jujur dan isi perkataannya benar bercerita kepada kami :
sesungguhnya setiap kamu mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama 40 hari (sebagai nuthfah), kemudian menjadi setimpal darah selama itu juga, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu: menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta apakah ia sebagai orang yang sengsara ataukah orang yang bahagia. Demi Zat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kamu telah melakukan amalan penghuni surga sampai ketika jarak antara dia dan surga tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga ia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya salah seorang di antara kamu telah melakukan perbuatan ahli neraka sampai ketika jarak antara dia dan neraka tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.

(bersambung, mungkin...)


Saturday, July 30, 2011

Tentang Pedoman

Yakinkan diri kita bahwa segala sesuatu yang telah dianugerahkan ALLAH memang benar-benar yang kita butuhkan, meskipun pada awalnya hanya merupakan sesuatu yang (tidak) kita inginkan. 
Hanya saja, sayangnya, sebagian dari kita kadang tak tahu atau melupakan UNTUK (SI)APA SAJA atau BAGAIMANA CARA MENGGUNAKAN ANUGRAH ALLAH tersebut. Itulah kurang lebih manfaat sebuah PEDOMAN.

Keluarga dan sahabat-sahabatku, selamat menyambut Ramadhan, maafkan segala salah...



Thursday, July 7, 2011

TENTANG MENJADI SEORANG KSATRIA :
Sebuah Nilai Kehidupan Dalam Cerita Wayang



Beberapa tahun silam, saya menjadi bagian dari kepanitiaan seleksi beasiswa untuk para pegawai instansi tempat saya bekerja. Ada satu pertanyaan menarik pada sesi wawancara yang disodorkan oleh para interviewer kepada para calon penerima beasiswa dimaksud. “Bagaimana pendapat Anda tentang para pegawai yang pindah ke instansi lain setelah menyelesaikan pendidikan yang lebih tinggi?”, kurang lebih demikian isi pertanyaan tersebut.
Pertanyaan di atas didasari kenyataan atas kenaikan trend perpindahan pegawai ke instansi lain, terutama para pegawai yang baru menyelesaikan pendidikan, khususnya melalui program beasiswa. Pertanyaan ini melahirkan jawaban-jawaban kontroversial, dan dari sekian puluh calon penerima beasiswa, hanya satu jawaban seorang calon yang dianggap paling memuaskan. Jawaban awal mereka kebanyakan adalah, “Menurut saya sah-sah saja, itu hak mereka…”. Ya, apapun tindakan mereka memang sah-sah saja, tentang pilihan dalam hidup. Tapi yang diminta bukan sekadar jawaban, namun respons, dan hal itu mendorong jawaban berikutnya yang tidak konsisten, respons yang jelas tidak menguntungkan untuk mereka sendiri.


KSATRIA KURAWA

Salah satu konflik terbesar dalam kisah Mahabharata yang telah di-getoktular-kan dari generasi ke generasi selama berabad-abad itu adalah konflik seorang Adhipati Karna. Karna atau Basukarna, raja Awangga, negara kecil di bawah kekuasaan Astina, sejatinya adalah kakak dari Pandawa Bros (Pandawa bersaudara), namun ia menjadi tulang punggung Kurawa. Bagi YudhistiraBima, dan Arjuna, Karna adalah kakak kandung satu ibu (Dewi Kunthi), sedangkan Nakula dan Sadewa adalah adik-adik satu Bapak (Sri Pandhu) dari ibu Dewi Madrim. Karna adalah anak dari “suami” Kunthi pertama yaitu Bathara Surya, makna harfiahnya Dewa (Penjaga) Matahari, dan dilahirkan melalui telinga sang Dewi.

Mendapati kenyataan pahit akan meletusnya perang dahsyat antara dua kekuatan besar yang notabene adalah keluarga, dengan berbagai cara Kunthi berusaha mendamaikan anak-anaknya di pihak Pandawa dan Karna yang berada di pihak Kurawa. Dengan berlinang air mata, Kunthi membujuk putera-puteranya. Ia berusaha menyadarkan Karna bahwa yang akan dihadapinya adalah adik-adiknya sendiri. Memang sangat dilematis dan menguras emosi, dan pergumulan bathin pun menyelimuti diri Karna. Baginya sifat ksatria adalah membela negaranya, membela orang-orang yang pernah menyelamatkan diri dan harga dirinya. Ia dibesarkan oleh keluarga sais/kusir sederhana bangsa Kurawa, ia menjadi raja di wilayah Kurawa karena diangkat oleh keluarga Kurawa, dan derajatnya sebagai anak pungut keluarga sederhana pun kemudian naik karena Kurawa. Namun bagaimanapun keluarga juga tetap keluarga, tidak pernah ada istilah bekas keluarga… Hujan tangis menghiasi pertemuan ibu-anak yang telah berpisah sekian lama. Keputusan Karna bulat dan akan sulit dimengerti dan diterima oleh banyak pihak. Pembelaannya akan tetap ia berikan kepada pihak Kurawa. Bhaktinya ia serahkan kepada keluarga yang oleh khalayak ramai dinyatakan sebagai pihak antagonis itu.

PILIHAN SULIT

Selain Ibunda Kunthi, Sri Kresna dan Bisma juga berusaha mendamaikan Pandawa dan Karna dengan caranya masing-masing. Banyak sifat tokoh yang sangat kontroversial muncul dalam kisah perang Mahabharata, semua itu terjadi karena mereka memiliki derajat kepribadian yang teramat tinggi. Misalnya dua tokoh pendamai tersebut. Kresna, memutuskan Pihak Pandawa dan Kurawa memilih dirinya, atau pasukannya sebagai sekutu. Kurawa memilih pasukan Kresna yang jumlahnya cukup besar, sedangkan Pandawa memilih Kresna sebagai penasihat militer dan spiritual. Dalam perang itu, Kresna maju sebagai sais kereta perang Arjuna, tanpa senjata. Sedangkan Bisma selaku Panglima Perang Kurawa, terlepas dari perbedaan versi cerita, meskipun satu pasukan dengan Karna (kelak akan menggantikan Bisma sebagai Komandan Lapangan setelah Bisma jatuh) namun tak menginginkan Karna ikut memerangi Pandawa, ia sendiripun demikian. Begitu juga ketika ia bertemu dengan divisi pasukan yang dipimpin oleh Srikandi, Bisma menghindar, menolak bertempur karena aturan perang tidak mengizinkan pembunuhan terhadap wanita.

GUGURNYA PARA KSATRIA

Pertempuran besar yang menurut penelitian beberapa orang ahli benar terjadi sekitar tahun 1000 hingga 5000 sebelum masehi itupun pecah selama 18 hari. Dalam perang yang berlangsung di darat dan udara itu banyak ksatria utama dari kedua belah pihak gugur satu-persatu. Konon, di hari kesepuluh pertempuran, Bisma sang Komandan Lapangan Kurawa jatuh dihujani anak panah Arjuna dan pasukannya karena menghindari pertempuran dengan Srikandi. Meski tumbang, tubuhnya tidak menyentuh tanah karena ditopang berpuluh anak panah. Ia masih hidup beberapa hari kemudian untuk menyaksikan kekalahan Kurawa.

Adhipati Karna sendiri konon gugur pada hari ke-17 di ujung panah Pasopati milik Arjuna, adik kandungnya sendiri. Ia sebenarnya telah mengalahkan 4 orang Pandawa yang lain, namun sesuai janjinya kepada ibunda Kunthi, ia tidak membunuh mereka. Pertarungan melawan Arjuna pun beberapa kali terjadi, namun hasil akhir tertunda karena matahari terbenam dan pertempuran hari itu harus berakhir. Sebelum berangkat ke medan laga, ia meninggalkan sepucuk surat perpisahan untuk istrinya, Surtikanthi. “Jangan engkau bersedih. Aku memang mengulang kegetiranku. Di dunia kita yang telah dinubuat ini, Istriku, seseorang hanya mendapatkan dirinya tak jauh dari pintunya berangkat. Betapa menyesakkan! Sebab itu, Istriku, aku harus membuktikan bahwa seseorang ada, seseorang menjadi, karena tindakannya, karena pilihannya – bukan karena ia telah selesai dirumuskan”, demikian salah satu penggalan isi suratnya.

Menurut sebuah versi, kematian Karna memang sangat elegan. Hari itu ia berangkat ke medan laga padang Kurusetra dengan mengenakan pakaian serba putih, seperti bersiap menjemput kematian. Begitu banyak ksatria yang telah gugur, dan kini gilirannya untuk menghadapi Arjuna. Karna dan Arjuna sama-sama jawara panah, keduanya pernah mendapat ilmu dari guru yang sama dengan cara yang berbeda. Namun kini panah sakti Kuntho miliknya telah lebur dalam jenazah Gatotkaca, ia menggunakan panah lain Nagasatra. Di samping semua kutukan dari orang-orang suci, Karna memutuskan untuk tidak membunuh adiknya sendiri, lebih baik ia yang gugur.

SEORANG KSATRIA

Yang ditunjukkan oleh Karna adalah rasa terima kasih, rasa syukur, yang menurutnya demikianlah sifat ksatria. Begitu berartinya makna sebuah pemberian dari orang lain sehingga bagaimanapun caranya harus selalu dibela. Ia dibuang oleh ibunya begitu ia lahir, mengalami berbagai penderitaan hidup sebagai rakyat jelata, menerima berbagai penolakan dari para bangsawan bahkan wanita pujaan, dan pelecehan harga diri karena ia hanya anak seorang sais. Karna memang kontroversial. Ia adalah seorang yang “punya gengsi”, namun juga bersumpah akan selalu menjadi orang yang dermawan. Apapun yang diminta orang yang tak berpunya, akan selalu ia berikan, bahkan tatkala harus menyayat kulitnya untuk melepas baju perang.

Sebagai tokoh yang digembleng oleh pahitnya kehidupan, ia adalah seorang yang kuat menahan rasa sakit. Suatu hari ketika ia sedang berguru, Parasurama gurunya tidur di atas pangkuan. Tiba-tiba muncul serangga menggigiti paha Karna. Demi menjaga agar gurunya tidak terbangun, dibiarkan pahanya terluka agar dirinya tidak bergerak sedikit pun. Ketika Parasurama bangun dari tidur, ia terkejut melihat Karna berlumuran darah. Kemampuan Karna menahan rasa sakit telah menyadarkan Parasurama bahwa muridnya itu ternyata bukan dari golongan brahmana, melainkan seorang ksatriai, yang jelas tidak ia sukai. Karnapun diusir dan dikutuk!

Ia gugur di medan perang sebagai seorang ksatria yang dikagumi banyak pihak. Ia adalah tokoh dengan kepribadian yang kompleks, namun pada dasarnya berhati lembut dan tulus. “Rasanya akulah salah satu batu gunung itu, Surtikanthi, yang menerbitkan perciknya sendiri. Inilah kemerdekaanku. Arjuna memilih pihaknya karena darah yang mengalir di tubuhnya, aku memilih pihakku karena kehendakku sendiri. Arjuna berperang untuk sebidang kerajaan yang dulu haknya, aku berperang bukan untuk memperoleh. Maka, jika aku esok mati, istriku, kenanglah kebahagiaan itu. Satu-satunya kesedihanku ialah bahwa aku tak akan lagi bisa memandangmu, ketika kau memandangku…”

SEKADAR PENGINGAT

Negara ini tidak sekadar membutuhkan orang-orang yang pintar, namun juga orang-orang yang benar. Orang yang sekadar pintar hanya akan melahirkan jiwa-jiwa penghasut seperti ditunjukkan oleh Patih Shakuni (Sengkuni). Kemerdekaan sejati adalah hilangnya rasa takut dalam diri terhadap suatu apapun, kecuali kepada Sang Khalik. Jadikan puasa ini ajang untuk mengasah kepekaan bathin tentang penderitaan orang-orang yang “kurang beruntung” di sekitar kita. Rasa syukur dan terima kasih adalah sebuah wujud sifat ksatria. Berterima kasihlah kepada sesama, dan bersyukurlah kepada Sang Kuasa yang telah memberikan berbagai anugerah yang takkan mungkin dapat kita hitung kuantitas dan kualitasnya. Semoga kita mampu mencapai derajat takwa. Amiin…  Selamat menyambut bulan suci Ramadhan! [SP]



Sunday, May 8, 2011

LET'S TALK ABOUT MUSIC! : MITEN

Bagi remaja 90-an, lagu bertajuk
"Walah!" pasti tak asing lagi. Sebuah lagu yang kemunculannya memancing perhatian, membuat band pembawanya "Netral" menyeruak ke puncak musik populer tanah air. Album perdana bertajuk sama dengan nama band pembawanya itupun menemani hari-hari kita saat masih belajar di bangku kuliah. Pembawaan para awak band yang cuek di video klip yang sering diputar di stasiun-stasiun televisi swasta di masa itu membuat musik mereka mudah diingat. Beat-nya mengingatkan kita pada musik Greenday, yang saat itu sudah menelorkan banyak album.
Album I : Netral
Album I : Netral
Adalah Ricy Dayandani, atau yang lebih akrab dipanggil Miten, gitaris yang membuat lagu-lagu di album itu terdengar hidup. Cowok yg tampil cuek dengan mengusung dandanan a la remaja 70-an ini memberi warna lain pada musik Indonesia saat itu. Cabikannya pada string-string gitar elektrik terdengar dominan & mempesona. Hasil permainannya yg sangat piawai terdengar padat & di beberapa nomor bahkan hampir tanpa jeda. Nada-nada indahnya mengalir laksana arus yg sambung-menyambung dengan indah di alur musik Netral. Kadang kala ia begitu deras, kadang-kadang begitu lembut, naum semuanya tetap indah, dan semua keindahan itu memasuki celah-celah setiap jeda yang pada musik lain lazimnya dibiarkan kosong. Kepadatan dari flow-away tunes itulah yang kini sulit dicari pada lagu-lagu yang dilahirkan band-band baru hari ini. Miten tampak sangat peka & sangat mafhum arti gitar bagi sebuah lagu.

Cobalah nikmati lagu-lagu mereka dari 2 album awal, "Netral" & "Tidak Enak". Selain Walah, juga ada Bobo, Bulan, Lagu Rindu, Pelangi, Bulan, Pelor, Ombak, Sampah, 3 Dini Hari, dst. Miten seolah memberi kita pencerahan bahwa pekerjaan apapun jika disertai dengan segenap keahlian akan menghasilkan sesuatu yang indah!
Ketika Miten (juga Bimo) kemudian bercerai dengan Netral, nuansa itu tak ada lagi, Netral tampak kehilangan ruh. Ada satu kerinduan akan permainannya yang selalu mampu menciptakan harmoni. Ada kerinduan akan perpaduan yang serasi antara Miten, Bimo, & Bagus dalam musik mereka yang hingar-bingar namun tetap mampu mengantar kita terbang ke alam mimpi, dalam tidur malam yang lelap. Jika saya piawai bermain gitar maka gitaris yang ingin saya ajak berduet hanya satu, dialah Miten!



Thursday, April 28, 2011

Happy Birthday, My Dearest Lorraine...!

Dearest Sweetheart,
Mengenang kelahiranmu, banyak sekali yang ingin papi sampaikan kepadamu. Ketika engkau lahir kebahagiaan papi terasa sempurna. Pagi itu usai shalat shubuh kami berdoa, tersenyum, & kami juga menangis... Engkau terlahir hanya 1,6 kg, bayi terkecil yang pernah ada di keluarga besar kita, juga bayi terkecil yang saat itu ada di rumah sakit tempatmu lahir. Hingga ketika Eyangmu pulang dari menjengukmu pun terus bertanya-tanya; akankah engkau hidup? But, look at you now...! Ibumu dengan segala upaya senantiasa memberimu yang terbaik hingga engkau pun tumbuh sempurna. Engkau telah tumbuh sebesar anak2 lain seusiamu & kini sudah saatnya masuk sekolah.
 

Dearest Baby,
Taukah engkau, bahwa darimu papi telah belajar banyak? Ketabahan yang selalu engkau tunjukkan sebagai seorang anak kecil adalah kekuatan luar biasa untuk dirimu & orang lain. Setiap sakit engkau tak pernah mengeluh layaknya anak2 kecil lainnya. Ketika sakit engkau tetap tersenyum, hanya keletihan yang tetap terbaca dari garis2 wajahmu. Engkau ajarkan kepada papi that we endure much more than we can imagine, bahwa sesungguhnya kita semua mampu menahan derita jauh lebih hebat dari yang kita bayangkan. Nduk, capailah misimu, karmamu, takdirmu, yang mungkin berbeda dengan takdir orang tuamu & anggota2 keluargamu yang lain. Jadilah kebanggaan kami semua, jadilah teladan buat adik2mu, & jadilah wanita luar biasa dengan segala anugerah yang telah Ar-Rabb karuniakan kepadamu, bantulah orang2 lain di sekitarmu. Dan Nduk, bila suatu saat engkau merasa segalanya menjadi sulit, ingatlah selalu janji-NYA: "Indeed, with hardship goth ease. Lo, with hardship goth ease!" Maka bersama kesulitan ada kemudahan. Sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan. Al-Insyirah: 5-6. Have a happy birthday, Miss Lorraine...!!!


On the day that you were born
The angels got together
And decided to create a dream come true...
[Carpenters - (They Long To Be) Close To You]



Sunday, February 20, 2011

Tentang Pria Yang Lelah

'A tired man makes mistakes', a quote from SHOGUN, 1980. 

Seorang pria yang lelah akan sering membuat kesalahan. 
maka sangat penting bagi seorang wanita untuk membuat suaminya tidak pernah (merasa) lelah.
Seorang pria yg selalu (merasa) prima & diperhatikan akan dapat melakukan tugas apapun!
dan demikianlah antara lain Jepang menjadi negara maju.



Thursday, February 17, 2011

About Beauty

PADA AKHIRNYA,
cantik aja nggak cukup, tapi harus cerdas.
cerdas aja pun belum cukup, tapi harus berbudi.

[in the end, beauty is not enough, one needs to be intelligent. and yet mere intelligence is not enough, one needs modesty!]




Putri, Berkah Untuk Semua

Belum reda euforia atas kemenangan Tim Nasional Sepakbola kita di ajang SEA Games XXXII Cambodia, kini bangsa Indonesia kembali dibuat bangg...