Pesut, atau Pasut, atau Bawoi (Orcaella Brevirostris atau Irawadi
Dolphin) adalah lumba-lumba air Asia Tenggara yang mulai punah. Secara
fisik ia mirip beluga/paus putih (Delphinapterus Leucas). Danielle Kreb dan Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia)
memperkirakan populasi pesut pada tahun 2010 hanya tinggal 90 ekor.
DATA PENEMUAN
Selasa, 16 Oktober 2012: -; Sungai Keluang, Kabupaten Kubu
Raya, Kalimantan Barat, 2 ekor terlihat berenang (pontianak, tribunnews)
Senin, 15 Oktober 2012: -; Sungai Keluang, Kabupaten Kubu
Raya, Kalimantan Barat, 1 ekor ditemukan mati.
Sabtu, 13 Oktober 2012: -; Sungai Keluang, Kabupaten Kubu
Raya, Kalimantan Barat, 3 ekor terlihat berenang.
Minggu, 23 Oktober 2011:
09.30; Sungai Kedang Rantau (anak
sungai Mahakam), Muara Kaman, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 5 ekor
terlihat keluar dari sungai Kedang Rantau menuju Mahakam (Antaranews, Lionmag,
iskandarzdatu.blogspot)
Selasa, 13 September 2011:
07.00; Muara Kaman Ulu, Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur, 1 ekor mati tersangkut jaring (Tribunnews).
Kejadian serupa terjadi tahun 1983.
Jumat, 22 April 2011:
petang; Perairan Baru Ampar, sumber
lain menyebut Perairan Selat Sih’ Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat (WWF 2011), 4 ekor terlihat berenang (uhrmedia – kkp.go.id)
Rabu, 29 Desember 2010:
10.00; Sungai Kampar, Riau, 4 ekor terlihat
berenang (1000insan.blogspot)
Senin, 24 Oktober 2010:
Petang; Sungai Kedang Pahu (anak
Sungai Mahakam), Kecamatan Muara Pahu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 3
ekor berenang (iskandarzdatu.blogspot)
Selasa, 18 Mei 2010: -; Teluk Balikpapan,
Balikpapan, Kalimantan Timur, 2 ekor terlihat berenang. (Antaranews, foto
Stanislav Lhota, Zoolog University South Bohemia, Chechnya)
Kamis, 30 September 2004:
17.30; Sungai Pella (menghubungkan
sungai Mahakam dengan Danau Semayang, Kota Bangun, Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur, 10 – 12 ekor terlihat berenang.
Penelitian LIPI (lipi.go.id) :
Kamis,
20 Oktober 2005:
08.05 terlihat 6
ekor;
14.00 terlihat 4
ekor;
15.50 terlihat 6
ekor;
16.05 terlihat 8
ekor.
Jumat,
21 Oktober 2005:
08.10 terlihat 2
ekor;
08.30 terlihat 3
ekor;
14.00 terlihat 2
ekor;
16.30 terlihat 5
ekor.
Tanggal
27 Agustus s.d. 5 September 2007,
Tanggal
14 s.d. 21 September 2007, dan
Tanggal
22 s.d. 28 November 2007,
Yayasan Konservasi RASI meneliti sungai dan
DAS Mahakam sejauh 1.709km, menemukan populasi pesut di :
Kutai
Kartanegara : 42 ekor
Kutai Barat : 52
ekor
Jumlah : 94 ekor
Populasi Pesut Mahakam menurut data Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur antara Tahun 1975 – 2000 (dari Karya Tulis Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap
Penurunan dan Persebaran Populasi Pesut di Sungai Mahakam, Nurul Ihsan Fawzi, Nur
Cholis Al-Hadi, dan Bambang Setya Aji, 2008) :
1975 1000 ekor (0, angka penurunan awal)
1980 800 ekor (-200)
1985 600 ekor (-200)
1990 400 ekor (-200)
1995 100 ekor (-300)
2000 50 ekor (-50)
SINOPSIS LEGENDA
PESUT MAHAKAM
http://sastrabahasa21.wordpress.com/2014/03/11/sinopsis-legenda-pesut-mahakam/
Dikisahkan di sebuah dusun Rantau Mahakam, Kalimanatan
Timur, hiduplah keluarga kecil yang bahagia mereka hidup damai di sebuah pondok
sederhana. Namun pada suatu hari sang istri terserang penyakit aneh yang
kemudian menewaskan sang istri. Sang ayah dan kedua putra putrinya sangat
sedih. Sang ayah menjadi pemurung dan suka malas-malasan. Melihat kondisi itu
para sesepuh kampung menasehati sang ayah agar tidak terlalu larut dalam kesedihan,
kasihan anak-anaknya. Kemudian di saat musim panen diadakan pesta adat yang
banyak menampilkan pertunjukan. Namun kemeriahan pesta belum bisa menghibur
perasaan keluarga tersebut, sampai ketika sang ayah mendengar kabar bahwa dalam
pesta adat tersebut ada gadis cantik yang sangat pandai menari. Saat melihat
gadis itu sang ayah jatuh hati kepada gadis tersebut demikian juga dengan gadis
tersebut. Setelah mendapat restu dari sesepuh kampung mereka akhirnya menikah.
Kebahagian itu tidak lama, hanya dalam beberapa bulan
kemudian sang ibu tiri mulai menujukan rasa bencinya kepada anak-anak tirinya
itu. Sang ibu sering memberi mereka makanan sisa, setiap hari menyuruh mereka
untuk mencari kayu di hutan. Pada suatu hari ketika mereka mencari kayu di hutan,
karena mereka sangat lapar ketika tengah hari maka pingsanlah kedua anak tersebut,
kemudian mereka ditolong kakek tua. Ketika mereka pulang ke rumah, mereka
sangat terkejut ternyata isi rumah mereka telah kosong.
Kedua
anak tersebut mencari kemana sang ayah pergi. Ketika mereka tiba di tepi sungai
Mahakam mereka melihat pondok yang mengepulkan asap, mereka mampir ke sana.
Kemudian sang kakek menceritakan tentang orang yang telah mampir ke pondoknya
sebelum kedua anak tersebut, kedua anak tersebut merasa yakin bahwa itu kedua
otang tua mereka, sang kakek kemudian memberitahukan kemana tujuan orang tua
kedua anak tersebut.
Kemudian
kedua anak tersebut menyusul kedua orang tua mereka. Pada saat itu mereka
menemukan pondok yang masih baru yang terletak di pinggir sungai. Ketika mereka
memeriksa isi pondok mereka menemukan barang-barang milik ayah mereka tetapi
kedua anak tersebut tidak menemukan ayah mereka di pondok. Ketika mereka
memeriksa dapur, ternyata didapur hanya ada periuk berisi nasi yang sudah
menjadi bubur di atas api, karena lapar akhirnya kedua anak tersebut
memakannya. Namun beberapa saat kemudian kedua anak tersebut merasa ada yang
berbeda, suhu tubuh mereka terasa sangat panas yang sangat luar biasa, kedua
anak tersebut mencari air untuk meyiram tubuh mereka semua air di pondok itu
telah habis. Mereka berlari ke arah sunga, sesampainya di sungai kedua anak
tersebut masuk ke dalam sungai tidak beberapa lama kemudian mereka berubah
menjadi ikan.
Sang ayah yang baru pulang dari ladang, sangat
terkejut ketika menemukan sebuah bungkusan dan Mandau milik anaknya. Sang ayah
mencari kedua anankya menyusuri jalan yang menuju ke arah sungai, tibanya di
tepi sungai sang ayah menemukan dua ekor ikan yang sesekali muncul ke permukan
dan menyemburkan air dari kepalanya, ketika akan memberitahukan kejadian itu
pada istrinya, sang istri telah menghilang secara gaib, ternyata sang istri
bukanlah manusia biasa.(*)
No comments:
Post a Comment