Thursday, January 22, 2015

Tentang Komunikasi Yang Benar (I)

Berhati-hatilah terhadap sahabatmu di kala engkau sehat dan kaya, sebab ia adalah musuh terbesarmu. Janganlah engkau menjadikan kekayaanmu lebih bernilai daripada kehormatanmu. Duhai orang muda, memadailah kiranya bagimu hal-hal di atas sebagai permulaan hidayah. Ujilah dirimu dengan hal (kitab) ini, yang terdiri atas tiga bagian. (Bidayatul Hidayah - Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali)


Note :
Astaghfirullah Al-Adhiim. Bagian III kitab termasyhur Bidayatul Hidayah (Permulaan Hidayah) Karya Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali membahas berbagai hal mengenai tata laku kita dalam berhubungan dengan ALLAH dan manusia. Kitab yang dianggap sebagai prolog dari kitab besar Ihya' Ulumuddin ini bisa menjadi salah satu tuntunan dasar kita semua dalam berkomunikasi dengan orang lain. Di bawah ini penulis sajikan fasal "Berhubungan Dengan Kenalan" melalui terjemah H.M. As'ad El-Hafidy dengan sedikit tambahan suntingan penulis. Kenalan, menurut hemat "penulis pribadi", secara sosiologis adalah tingkat kedua dari rantai hubungan seseorang dengan orang lain. Rantai ini berhubungan dalam hal kedekatan dan penghormatan, dengan tingkat sebagai berikut : Orang Asing -> Kenalan -> Teman (Handai Tolan) -> Sahabat -> Kerabat -> Keluarga. Dewasa ini, terkhusus di dunia maya, 3 level terbawah berisikan orang-orang yang paling banyak dan paling sering berhubungan dengan kita. Nukilan ini merupakan bagian akhir dari kitab Bidayatul Hidayah. Jika Anda mengalami kesulitan memahami maksud terjemahan ini, Anda dapat membaca kitab aslinya, atau mencari terjemahan lain yang Anda anggap lebih mudah dicerna. Semoga bermanfaat!

Berhubungan dengan Kenalan
Berhati-hatilah terhadap kenalanmu, sebab engkau hanya akan menerima keburukan dari kenalan yang tak benar-benar engkau kenal. Sahabat-sahabatmu akan menolongmu; dan mereka yang benar-benar tak engkau kenal takkan mempengaruhimu, namun keburukan akan menimpamu bila engkau berkenalan dengan orang yang menunjukkan persahabatan dengan lisannya belaka. Maka menjauhlah sedapat mungkin dari kenalan-kenalan semacam itu.

Bila engkau berkenalan dengan orang-orang yang ada di sebuah lembaga akademi, atau masjid jami', atau masjid kecil, atau kota, atau pasar maka janganlah engkau melecehkan mereka, barangkali mereka lebih baik daripada engkau.

Janganlah engkau pandang bahwa mereka itu memiliki kebaikan duniawi, agar engkau tak binasa, sebab dunia hampir tak berarti dalam padangan ALLAH, dan segala yang ada di dalamnya hampir tak bernilai. Maka dari itu, kapan pun hati merasa takjub terhadap orang yang memiliki keuntungan duniawi, maka rendahlah dirimu dalam pandangan ALLAH. Jagalah dirimu agar engkau tak menggunakan agamamu untuk memperoleh kepemilikan-kepemilikan duniawi. Barangsiapa berbuat begini, maka milikan-milikan duniawi itu tak berarti baginya.

Jika kenalanmu itu bersikap tak baik terhadapmu maka janganlah engkau menghadapi mereka dengan permusuhan sebab engkau tentu takkan mampu bersabar bila mereka membalas rasa permusuhanmu itu. Nah, bila demikian, maka sifat keagamaanmu akan sirna ketika mereka memusuhimu, sehingga kesulitan akan kian bertambah.

(Sebaliknya) jika mereka menghormatimu, memujimu di depanmu, dan menunjukkan rasa persahabatan denganmu maka janganlah engkau mempercayai mereka, sebab jika engkau tahu maka sebenarnya mereka itu tak tulus dalam bersikap terhadapmu. Janganlah engkau mengharap bahwa mereka akan bersikap sama baik di kala mereka di depan umum maupun di kala seorang diri. Janganlah engkau merasa heran bila mereka mengumpatmu, di belakangmu dan janganlah engkau marah karena hal itu; sebab jika engkau jujur, maka engkau pun tahu bahwa engkau pun bersikap serupa terhadap sahabat-sahabat dan kerabatmu, dan bahkan terhadap para guru dan kedua orang tuamu ketika engkau membicarakan hal mereka di belakang mereka.

Campakkanlah nafsu serakahmu terhadap kekayaan, nama/kedudukan, dan pertolongan kenalanmu. Si tamak biasanya akan merugi di kemudian hari dan hina di saat ini. Jika engkau meminta agar orang memenuhi kebutuhanmu, dan melakukannya, maka bersyukurlah kepada Allah dan dia. Namun jika ia menolak maka janganlah engkau menyalahkannya, agar tak timbul permusuhan antara engkau dan dia. Jadilah seperti si mukmin yang berupaya memaafkan orang, dan janganlah menjadi seorang munafik yang senantiasa berupaya mencari-cari kesalahan; namun katakanlah, ‘Ia menolak membantuku, mungkin ada alasan tertentu yang tak kuketahui.’

Jangan engkau mengira bahwa kenalanmu itu mau menerima pendapatmu jika engkau tak melihat adanya tanda-tanda bahwa ia akan menerima pendapatmu itu. Jika tidak, ia takkan mendengarkanmu, malah ia akan menentangmu. Jika salah satu dari kenalanmu berbuat salah dan mereka tak menegurnya (belajar dari kesalahan), maka janganlah engkau mengajarnya tentang sesuatu, sebab ia akan mendapatkan keuntungan darimu dan sekaligus akan menjadi musuhmu. Namun, jika kesalahannya itu membuatnya sadar, maka katakanlah kepadanya tentang kebenaran dengan cara yang baik.

Jika mereka menghormatimu dan berbuat baik kepadamu, maka bersyukurlah kepada ALLAH yang telah membuatmu dicintai mereka. Namun, jika mereka berbuat tak baik terhadapmu, maka pasrahkanlah semua itu kepada ALLAH, berlindunglah kepada-Nya dari keburukan mereka, janganlah mengumpat mereka, dan janganlah berkata, “Tak tahukah engkau bahwa aku adalah putra si polan, bahwa aku adalah seorang berilmu?” Janganlah berkata begini, sebab si bodohlah yang berkata begini. Orang paling bodoh ialah orang yang menganggap dirinya suci dan terpuji. Ketahuilah bahwa ALLAH memberi mereka kekuatan untuk berbuat terhadapmu (sehingga mereka berbuat buruk terhadapmu) hanya karena dosa-dosa yang telah engkau perbuat. Ketahuilah pula bahwa hal itu merupakan hukuman dari-Nya.

Bergaullah dengan kenalan-kenalanmu yang engkau dengar tentang kebenaran mereka dan engkau buta tentang kesalahan mereka, percakapkanlah kebaikan mereka dan diamlah tentang keburukan mereka. Berhati-hatilah terhadap sang berilmu (fakih) di masa ini, terutama mereka yang tenggelam dalam masalah-masalah yang saling bertentangan dan perdebatan-perdebatan. Berhati-hatilah terhadap mereka; karena mereka cemburu dan dengki, maka mereka mengharap agar engkau bernasib buruk, membayangkan berbagai hal tentang dirimu, dan bila mereka berada di belakangmu, maka mereka saling berisyarat mata sembari memburuk-burukkan dirimu sehingga dengan marah mereka melontarkan keburukan-keburukan ini kepadamu bila mereka berselisih denganmu. Mereka tak mau memaafkan kesalahan atau kekeliruanmu. Mereka membeberkan masalah-masalah pribadimu yang seharusnya disembunyikan. Mereka akan membuat perhitungan denganrnu walau dalam hal-hal sepele. Dalam segala hal mereka dengki terhadapmu. Dengan cara memfitnah, mereka mendorong sahabat-sahabatmu untuk menentangmu. Jika mereka merasa senang denganmu, maka mereka akan menjilatmu. Namun, jika mereka membencimu, maka mereka akan tampak benar-benar bodoh. Mereka adalah serigala berbulu domba. Beginilah, setelah mereka kita amati, keadaan kebanyakan di antara mereka kecuali mereka yang telah dilindungi oleh ALLAH. Bila engkau bersahabat dengan mereka, maka engkau akan rugi. Jika begitulah keadaan mereka yang menunjukkan rasa persahabatan denganmu, maka bagaimana pula keadaan mereka yang secara terbuka menunjukkan rasa permusuhan denganmu?

Al-Qadhi ibn Ma'ruf berkata,
Berhati-hatilah terhadap musuhmu ,
Namun lebih berhati-hatilah terhadap kawanmu,
Sebab seorang kawan kadang bisa berubah menjadi musuh,
Dan ia tahu bagaimana cara merugikanmu.
Begitu pula apa yang dinyatakan oleh sebuah syair:
Kadang musuhmu itu berasal dari kawanmu
Maka janganlah menambah persahabatan,
Hampir semua penyakit yang engkau lihat,
Berasal dari makan dan minum.
Jadilah seperti apa yang dikatakan oleh Hilal bin ibn al-Ala  :
Karena aku memaafkan dan tak mendendam,
Maka, aku merasa tak khawatir terhadap musuh.
Aku salami musuhku ketika aku bertemu dengannya,
Sehingga aku bisa mengusir keburukan dengan hal itu,
Kutunjukkan kebaikanku terhadap orang yang kubenci.
Seolah  ia telah menyenangkanku.
Aku merasa tak aman terhadap orang yang tak kukenal,
Lantas bagaimana aku bisa merasa aman terhadap lawan-lawanku?
Manusia adalah penyakit dan satu-satunya obat  ialah mencampakkannya,
Bersikap keras terhadapnya akan memutuskan tali persaudaraan,
Maka berhati-hatilah terhadap manusia agar engkau selamat dari heburukan-keburukannya,
Dan dambakanlah persahabatan.
Berlaku baiklah terhadap manusia dan tabahlah terhadap apapun yang datang darinya;
Tuli, bisu dan butalah, dan jadilah orang yang takwa kepada ALLAH.
Juga, jadilah seperti apa yang dinasihatkan oleh seorang bijak, "Bermuka baiklah terhadap sahabat dan musuhmu. Jangan merendahkan diri dan janganlah takut kepada mereka. Jadilah orang mulia yang tak bangga diri, rendah hatilah dan janganlah merendahkan diri." Bersikap wajarlah dalam segala hal. Janganlah berlebih-lebihan, sebab itu merupakan aib sebagaimana bunyi sebuah syair :
Bersikap wajarlah dalam segala hal,
Sebab hal ini merupakan jalan lurus menuju jalan mulus;
Janganlah berlebih·lebihan, dan jangan pula berpangku tangan,
Sebab kedua hal itu merupakan aib.
Janganlah menengok ke kiri dan kanan dengan bangga diri dan jangan pula banyak menengok. Janganlah berdiri di sisi sekelompok orang, namun duduklah bersama mereka. Bila engkau duduk, janganlah engkau bersikap seolah engkau hendak bangun. Jagalah dirimu dari memainkan jari-jemarimu, memainkan jenggot dan cincinmu, mengetuk-ngetuk gigi, mengorek-ngorek lubang hidung, banyak meludah, mengusap-usap hidung, menghalau lalat dari wajahmu, merentangkan tangan di kala berjalan, menguap di hadapan orang selama salat dan sebagainya.

Jadikanlah pertemuanmu sebagai jalan menuju kebenaran dan tatalah perkataanmu. Dengarkanlah perkataan baik dari mereka yang berbicara denganmu, dan janganlah menunjukkan keheranan yang berlebihan dan janganlah meminta mereka untuk mengulangi perkataan mereka. Diamlah terhadap hal-hal yang membuat orang tertawa. Janganlah mengunggulkan anakmu, syairmu, pembicaraanmu, buku-bukumu dan hal-hal pribadimu. Janganlah bersikap seperti seorang wanita. Janganlah bersikap seperti budak. Janganlah berlebih-lebihan dalam menggunakan wewangian dan janganlah meminta mereka untuk membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhanmu.

Janganlah mendorong orang untuk berbuat aniaya. Janganlah istri dan anakmu mengetahui kekayaanmu apalagi orang lain, sebab bila mereka tahu bahwa kekayaanmu itu tak seberapa, maka mereka akan melecehkanmu, dan jika mereka tahu bahwa engkau kaya, maka engkau takkan mampu menyenangkan mereka dengan kekayaanmu itu. Bersikap keraslah terhadap mereka, tapi janganlah berlaku kasar terhadap mereka, bersikap lembutlah terhadap mereka, tapi janganlah berlaku lemah terhadap mereka. Janganlah bercanda dengan hamba sahaya perempuan dan laki-laki, agar harkatmu tak jatuh. Bila engkau bersitegang, bersabarlah, lindungilah dirimu dari kebodohan dan janganlah tergesa-gesa, dan pikirkanlah hujjahmu. Janganlah banyak bermain tangan. Janganlah banyak menengok ke belakang. Janganlah berlutut. Berbicaralah ketika gejolak amarahmu reda. Bila si penguasa mendekatkan dirimu kepadanya, maka bersikaplah seolah engkau berada di tepi ujung tombak.  Berhati-hatilah terhadap sahabatmu di kala engkau sehat dan kaya, sebab ia adalah musuh terbesarmu. Janganlah engkau menjadikan kekayaanmu lebih bernilai daripada kehormatanmu.

Duhai orang muda, memadailah kiranya bagimu hal-hal di atas sebagai permulaan hidayah. Ujilah dirimu dengan hal ini, yang terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama ialah tentang aturan-aturan dalam beribadah kepada ALLAH. Bagian kedua ialah tentang cara menghindar dari dosa, dan bagian ketiga ialah tentang cara berhubungan dengan sesama manusia. Termasuk dalam hubungan ini ialah hubungan manusia dengan Sang Pencipta dan makhluk. Jika engkau merasa serasi dengan permulaan hidayah ini, hatimu cenderung padanya dan ingin bertindak sesuai dengannya, maka ketahuilah bahwa engkau adalah orang yang jiwanya telah diterangi dan diperluas dengan iman oleh ALLAH. Yakinlah bahwa permulaan hidayah ini ada akhirnya dan di luar hal ini maujud rahasia-rahasia, kedalaman, ilmu yang luas, pandangan-pandangan dan tembus-hati (mukasyafat). Hal-hal ini telah kami kemukakan dalam karya kami, Ihya' Ulumiddin. Nah, berupayalah meraih hal ini. Jika hawa nafsumu hampir tak mau menunaikan kewajiban-kewajiban ini (wazhaif) dan mengesampingkan ilmu ini dan berkata kepadamu, 'Bagaimana ilmu ini bisa bermanfaat bagimu ketika engkau berada di tengah-tengah para berilmu?' Kapankah ilmu ini dapat menempatkanmu di deretan depan sesamamu dan orang-orang yang berpikir?

Dan bagaimana ilmu ini bisa mengangkat harkatmu di tengah-tengah para putra mahkota dan gubernur sehingga hal itu mendatangkan kekayaan dan sarana-sarana hidup lainnya kepadamu, sehingga engkau terkaruniai dan menjadi hakim atau penguasa? Maka sadarilah bahwa setan telah menyesatkanmu dan telah membuatmu melupakan tempat kembalimu dan tempat tinggalmu setelah mati. Maka carilah setan seperti dirimu yang dapat mengajarkan kepadamu bahwa ilmu yang engkau bayangkan akan bermanfaat bagimu dan akan membuatmu meraih apa yang engkau dambakan. Namun ketahuilah jika engkau berkuasa, maka hal itu takkan bersih dari noda. Nah, jika demikian, maka pada hari penentuan, engkau akan kehilangan kerajaan dan kecerahan abadi di sisi Tuhan semesta alam. Semoga kedamaian, rahmat dan berkat Allah melimpahimu!
Segala puji bagi ALLAH pertama dan terakhir lahir dan batin! Tiada berdaya atau kuat kecuali ALLAH. Shalawat dan salam Allah atas pemimpin kita Muhammad, keluarganya dan sahabat-sahabatnya!

cathieheath.com illustrates


Friday, January 9, 2015

Tentang Komunikasi Yang Salah (II)



dcosmic.net illustrates
Note : baru konsep, belum artikel

DAJJAL . NET
[sung and written by Iwan Fals;
taken from the album "Raya", 2013;
translated by espielaurel]


[I’m addicted to the internet
To Twitter Facebook and Grandpa Google
Even more to Youtube and You ssssshhh…..
As well as to the other sites
Waking up from, going to bed
Clicking this, clicking that
Don’t even care with anything else
 

Work’s in a mess
Duty’s gone away
The backache the neck and the eyes
O pity me
Laughing to myself
Gloomy, glooming to myself
In rage, raging to myself, yea to myself

How come the kinda madness be like this
Cell credit draculas are in sniggering jests
Whilts sucking costumer’s blood
As well as to my least blood
 
Friendship's indeed been growing larger
Friends to those whose insanity are no better

The net draws whatever is distant
The net keeps away from the closest one

I let my brain be kept in there…
Being reluctant to memorize, to learn things
Isn’t everything available in there?
Come on ask whatever you want, come on just give it a click
Grandpa Google answers it

Just like the others
Head-down has become my hobby
At the bus shelters, in the marts
In the houses of God
At the clinics, at schools
Even in the Parliement’s assembly
The people’s heads also stay down
Uh the wisdom of paddy apparently
The pithier it is, the humbler it becomes
Ha ha ha ha...


Infos in the count of seconds
News is to our choices
Everybody becomes good at cheating
Yea cheating...
 
It’s communication technology, then why can’t we communicate
Lo, doesn’t everyone know that they become reluctant to speak

Absurd laughters
Gloomy, absurd glooms
In rage, absurd rages
Absurd…

Each and everyone’s been absorbed to the screens
The screens of civilization
The promised one
As of Dajjal the one-eyed
And everyone’s heading there…]


Dajal Net 

Aku kecanduan internet
Twiter facebook dan mbah google
Belum lagi youtube dan you ssst
Lalu situs-situs lainnya
Bangun tidur tidur lagi
Mencet sana mencet sini
Sudah nggak peduli lagi dengan yang lain


Kerjaan berantakan
Kewajiban melayang
Sakit pinggang leher dan mata
Duh kasihan deh aku
Ketawa-ketawa sendiri
Sedih-sedih, sedih sendiri
Marah-marah, marah sendiri, ya sendiri

Gila kok bisa seperti ini ya
Drakula pulsa cekikikan
Sambil menyedot darah pelanggan
Dan darahku yang pas-pasan

Memang teman semakin banyak
Teman yang sama-sama gendeng

Internet dekatkan yang jauh
Internet menjauhkan yang dekat

Otakku kutitipkan disitu
Jadi malas mengingat, malas belajar
Toh semuanya ada disitu?
Ayo mau tanya apa ayo tinggal klik
Mbah google bisa menjawabnya

Sama seperti yang lain
Hobiku jadi suka nunduk
Di halte di pasar
Di rumah ibadah
Di rumah sakit di sekolah
Bahkan di sidang parlemen
Pun orang-orang pada menunduk
Oh ilmu padi rupanya
Semakin berisi semakin merunduk
 

He he he he....

Informasi dalam hitungan detik
Berita tinggal pilih aje
Semua orang jadi pandai nyontek
Ya nyontek 

Teknologi komunikasi, koq jadi tak bisa komunikasi
Lha sudah pada tau semua kan orang jadi malas berbicara

Ketawa-ketawa nggak jelas
Sedih-sedih, sedih nggak jelas
Marah-marah, marah nggak jelas
Nggak jelas...


Semua kesedot ke layar itu
Layar peradaban
Yang sudah dijanjikan
Seperti dajal dengan matanya yang satu itu
Semuanya pergi menuju kesitu…
 




Saturday, January 3, 2015

Lagi Sibuk.... (Teruntuk 7.285.322.752 umat manusia)

Diambil dari worldometers.info
Ini bukan tulisan, sekadar wara-wara...
Pemberitahuan untuk siapa pun (barang kali ada) yang menunggu artikel baru di laman ini...

saat ini penulis sedang benar-benar sibuk, sibuk bekerja, sibuk berpikir, sibuk menganalisis, dan...
sibuk tulis-menulis, tentu...

dan untuk menulis juga perlu belajar!
ya, hasrat  belajar ini sedang sangat tinggi!
sudah ada beberapa buku elektronik klasik yang siap dan terus memanggil-manggil untuk segera direngkuh dan diarungi....

pada intinya saat ini ada dua topik; tentang agama & tentang manajemen.
karena untuk mengarunginya juga perlu persiapan dan perlengkapan, belum sampai lah kitab-kitab ini pun tersentuh...

masih terjebak dalam pembelajaran lughawi, konsepsi, terminologi, khazanah kalimah, entitas-entitas atau unit-unit verbal maupun nonverbal yang memiliki arti sehingga dapat memindahkan sebuah informasi... (singkatnya, belajar hal ikhwal kata dan bahasa lah!)

Kalau hasrat belajar ini sedang tinggi, memang luar biasa! Sangat sulit dibendung, hasilnya pun bisa sungguh luar biasa! In syaa Allah, tak mengherankan...

ya, setidaknya ada seorang yang mengakui bahwa penulis adalah orang yang cerdas dan (sejatinya) berhak atas banyak gelar kesarjanaan! ya, sarjana tanpa gelar. meskipun hal ini jelas-jelas adalah pitnah, namun penulis merasa sangat berterima kasih.  syukur-syukur pitnah itu dapat terwujud... (Aamiin...) toch, ini hanyalah sebuah pitnah, bukan fitnah!!!

ada pula seorang lainnya yang meyakinkan bahwa kelak penulis akan menjadi orang besar! sungguh, itu terdengar sangat manis...!!! meskipun gombal... tapi memang benar-benar manis!!! (jadilah manisan gombal!) meski semua juga memahami bahwa takdir ada dalam genggaman Sang Pencipta, penulis tetap merasa sangat berterima kasih kepadanya.

ada lagi seorang yang selalu menanamkan kepada penulis bahwa ke mana pun penulis pergi, penulis pasti akan mampu membawa diri dan melindungi diri. ini juga jelas-jelas sebuah penghiburan, karena semua juga tahu bahwa ALLAH adalah sebaik-baik pelindung.

ada pula yang berani memastikan bahwa ke mana pun penulis melangkah, akan selalu ada orang-orang yang menyayangi dengan setulus hati, tanpa pamrih! Sungguh manis, dan sangat menenangkan... ALLAH lah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

setidaknya sudah ada empat orang yang meyakinkan penulis bahwa penulis adalah orang baik. kalaupun bukan, mudah-mudahan suatu saat bisa menjadi orang seperti itu. yang diungkapkan keempatnya merupakan positive reinforcement (atawa semacam motivasi) bagi penulis pribadi. sebuah kendali, sebuah penghibur, sebuah titik awal pancaran harapan ketika hati penulis berada dalam kesempitan. 

kini tinggal menunggu sikap 7.285.322.752 (tujuh milyar, dua ratus delapan puluh lima juta, tiga ratus dua puluh dua ribu, tujuh ratus lima puluh dua) manusia lainnya yang konon menghuni bumi ini saat coretan ini dibuat. penulis sesungguhnya tak mau ambil peduli, hanya berharap bahwa semuanya dapat hidup dengan lebih lurus dan lebih berkualitas.

maaf, sekali lagi ini bukan tulisan/artikel.
jika Anda masih ragu, silakan baca kembali kalimat di atas! 
....paradox!....

selamat mengarungi tahun masehi baru 2015!
Terima kasih,
Terima kasih,
Terima kasih!
a'udzubillah, bismillah...
_____________________________________________ ______________________

Putri, Berkah Untuk Semua

Belum reda euforia atas kemenangan Tim Nasional Sepakbola kita di ajang SEA Games XXXII Cambodia, kini bangsa Indonesia kembali dibuat bangg...