Saturday, May 30, 2015

TARAKAN, KALTARA : dari Perjalanan 8 hari, 8 Provinsi

Satu sudut Kaltara dari udara.
[Foto : SP]
"Never believe that a few caring people can’t change the world. For, indeed, that’s all who ever have". [Margaret Mead]

Indonesia adalah negara besar! Benar, tanpa disadari sebelumnya, perjalanan penulis pada pertengahan bulan ini (11 - 17 Mei 2015) adalah salah satu perjalanan terbesar yang pernah penulis lakoni. Pertama, karena banyaknya jumlah provinsi yang penulis datangi. Yang kedua, banyaknya teman dan keluarga yang penulis temui selama perjalanan tersebut. Hal ini ternyata menjadi kebanggaan penulis pribadi tentang betapa besar negeri tercinta ini.

Perjalanan dimulai dari Nusa Tenggara Timur (menginjakkan kaki di 2 pulau), diteruskan ke Bali (1), Sulawesi Selatan (1), Kalimantan Timur (1), Kalimantan Utara (1), Jogjakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (1). Total perjalanan adalah 8 hari, meliputi 8 provinsi dan 7 pulau (Pulau Flores, Timor, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Tarakan, dan Jawa). Pada perjalanan yang dibiayai sebagian oleh negara dan istri penulis ini (terima kasih, Sayang...!) lintasan penulis di setiap pulaunya bervariasi yaitu antara 2 jam hingga 3 hari. Betapa besar negeri ini, betapa banyak suku bangsanya, betapa beragam budayanya! Siapa tak kan bangga dengan kebesaran negeri ini. Traveling ke negara lain tampaknya belum perlu sebelum menjelajah negeri sendiri yang begitu besarnya ini.

KALTARA, PROVINSI BUNGSU INDONESIA
Salah satu provinsi dalam perjalanan yang memberi paling banyak kenangan adalah Kalimantan Utara. Ada beberapa alasan mengapa perjalanan kali ini sangat berkesan. Yang pertama adalah karena perjalanan kali ini adalah perjalanan kembali setelah 8 tahun penulis untuk kali terakhir mengunjungi negeri di atas garis Khatulistiwa ini. Di sana juga penulis memberi kejutan kepada ayah penulis yang 2 hari sebelumnya telah lebih dulu datang dalam rangka plesiran. Dalam plesiran kali ini beliau ingin menemui sepasang suami istri yang telah menjadi orang tua angkat penulis sejak 1998 (17 tahun lalu). Tak ayal, kehadiran penulis di sana menjadi kejutan indah untuk orang-orang terkasih.

Sudut gedung baru Bandara Juata, Tarakan, Kalimantan Utara. 
Pintu gerbang ke kota terbesar di Kalimantan Utara dan juga pintu gerbang udara ke Malaysia Timur.
Berada di atas garis Khatulistiwa terasa seperti berada di belahan bumi lain. [Foto : SP]
Pulau ini, kota ini adalah tempat awal penulis mengawali karier pada 1996, kemudian menyelesaikan studi sarjana pada tahun 2001. Dengan demikian kunjungan penulis ke sana praktis disertai beberapa pertemuan dengan sebagian kawan kuliah. Dari kawan-kawan yang rata-rata telah sukses dengan karier masing-masing baik di pemerintahan maupun di luar pemerintahan ini, penulis banyak mendengar perjalanan kota pulau ini setelah penulis tinggalkan. Hubungan kami memang cukup erat karena di samping penulis dan kawan-kawan dulu menempuh pendidikan, juga berjuang untuk kemajuan masyarakat setempat. Dari salah satu kawan terbaik yang telah sukses ini, penulis mendapat pinjaman sebuah kendaraan roda 4 yang penulis gunakan selama berada di pulau itu, alhamdulillah...! (Thanks, Fren!)

Sudut pusat kota Tarakan, Kalimantan Utara, beberapa tahun silam di malam hari.
[Foto : http://matahariholidays.com]
Di era awal reformasi, penulis dan kawan-kawan mahasiswa melakukan beberapa move yang menekan pemerintah setempat untuk menghapuskan perjudian dan prostitusi. Hal ini salah satunya kami jalankan melalui media kampus yang kami namakan PerMatika - Penerbitan Mahasiswa STIE Tarakan, 1999. PerMatika ini melahirkan majalah sederhana dengan nama yang sama, yang pada saat itu merupakan satu-satunya majalah kampus di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Pada perjalanan berikutnya kami kemudian mendeklarasikan pendirian sebuah forum yang kami beri nama Gema Permata -Gerakan Mahasiswa Untuk Pemberdayaan Masyarakat Tarakan. Forum yang menggandeng KPMKT (Kerukunan Pelajar dan Mahasiswa Kalimantan Timur) ini pada dasarnya merupakan wadah untuk memberikan asistensi kepada masyarakat yang mengalami masalah-masalah dalam rangka pemerintahan dan pembangunan. Pada perkembangannya, kami gunakan juga untuk melakukan gerakan 'di jalan', berupa mimbar bebas dengan menggandeng Senat Mahasiswa.

Balikpapan Superblock (BSB), pusat bisnis terbaru di Balikpapan, Kalimantan Timur, 
kota terbesar di Kalimantan Timur dan kota terbersih di Indonesia [Foto : SP]
Pencapaian kawan-kawan mahasiswa yang menurut penulis merupakan pencapaian tertinggi adalah ketika membentuk sebuah forum yang lebih besar dan lebih fokus yang kami namakan Formasiku - Forum Pejuang Bagi Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara. Dalam forum ini semua lembaga yang kami bentuk dan kami gandeng ketika itu lebur menjadi satu. Ketua dan Wakil Ketua Gema Permata, M. Tamrin dan T. Syahraini, terangkat sebagai Presiden dan Wakil Presiden Forum. Sedangkan posisi Sekjen diserahkan kepada Pemimpin Redaksi PerMatika (jabatan penulis ketika di kampus kalau tidak salah saat itu...).

Gelaran fenomenal yang berhasil diselenggarakan oleh Forum ini adalah sebuah Dialog antara masyarakat wilayah Utara Kalimantan Timur dengan Pimpinan MPR RI. Dialog itu dilaksanakan oleh sebuah Pansus yang dipimpin langsung oleh Ketua Formasiku dan Khairuddin, salah seorang ketua departemen dari perwakilan KPMKT. Setelah melakukan komunikasi intensif dengan Ketua MPR, saat itu dijabat oleh Dr. Amin Rais dari Partai Amanat Nasional, acara Dialog Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara digelar pada hari Sabtu tanggal 19 Mei 2001 di aula Pelabuhan Laut Malundung, Tarakan. Perwakilan masyarakat dan pemuda dari 5 Kabupaten/Kota kami undang, yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Berau, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan. Sedangkan karena tugas yang mendesak, Dr. Amin Rais mewakilkan kehadirannya kepada Wakil Ketua MPR RI dari partai yang sama, yaitu Dr. A.M. Fatwa, Andi Mappetahang Fatwa. Acara Dialog tersebut, dengan moderator Ketua Dewan Penasihat Formasiku yang juga dosen kami di STIE Tarakan, A. Hamid Amren (kini Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tarakan) dan diliput pula oleh wartawan dari beberapa media cetak maupun elektronik (termasuk TVRI) terselenggara dengan tertib dan lancar. Sukses acara ini merupakan pencapaian bersama baik Formasiku, pemerintah daerah, maupun pemuda dan masyarakat Kaltim wilayah Utara. Tak lupa, jajaran pimpinan KKSS -Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan, almarhum H. Muhidin dkk sangat berperan dalam penyediaan akomodasi bagi Pimpinan MPR RI dan rombongan.

Hutan Kota, KKMB, Tarakan, Kalimanatan Utara.
Simpulan yang diperoleh dari dialog tersebut adalah bahwa status pembentukan provinsi Kalimantan Utara adalah "on the go", artinya Pimpinan MPR RI memandang bahwa desakan ini valid dan feasible sehingga dapat dibawa ke floor DPR/MPR. Implikasinya adalah masyarakat dan pemerintah setempat harus segera memfasilitasi dan mengawal perkembangan gagasan pembentukan provinsi baru tersebut. Alhamdulillah pula saat itu Tarakan dikaruniai walikota yang berwawasan global, dr. Yusuf Serang Kasim. Sebagai Walikota Tarakan incumbent dr. Yusuf membuka tangan lebar-lebar terhadap segala gagasan mahasiswa maupun masyarakat. Tokoh ini pula yang menancapkan konsep "Little Singapore" untuk kota Tarakan. Kini, setelah 14 tahun, Tarakan dan 4 kabupaten di sekitarnya adalah elemen wilayah yang disebut sebagai Provinsi Kalimantan Utara, Kaltara, sebagai Provinsi termuda, Provinsi ke-34 Indonesia. Sudah 2 orang pelaksana tugas Gubernur Kaltara dilantik, dan masih menunggu Gubernur definitif pertamanya.

[Bersambung...]

Putri, Berkah Untuk Semua

Belum reda euforia atas kemenangan Tim Nasional Sepakbola kita di ajang SEA Games XXXII Cambodia, kini bangsa Indonesia kembali dibuat bangg...