Saturday, October 26, 2013

PESUT : Lumba-lumba Air Tawar Yang Mulai Punah


Pesut, atau Pasut, atau Bawoi (Orcaella Brevirostris atau Irawadi Dolphin) adalah lumba-lumba air Asia Tenggara yang mulai punah. Secara fisik ia mirip beluga/paus putih (Delphinapterus Leucas). Danielle Kreb dan Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia) memperkirakan populasi pesut pada tahun 2010 hanya tinggal 90 ekor.

DATA PENEMUAN

Selasa, 16 Oktober 2012: -;               Sungai Keluang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, 2 ekor terlihat berenang (pontianak, tribunnews)
Senin, 15 Oktober 2012: -;                Sungai Keluang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, 1 ekor ditemukan mati.
Sabtu, 13 Oktober 2012: -;                Sungai Keluang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, 3 ekor terlihat berenang.
Minggu, 23 Oktober 2011: 09.30;     Sungai Kedang Rantau (anak sungai Mahakam), Muara Kaman, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 5 ekor terlihat keluar dari sungai Kedang Rantau menuju Mahakam (Antaranews, Lionmag, iskandarzdatu.blogspot)
Selasa, 13 September 2011: 07.00;   Muara Kaman Ulu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 1 ekor mati tersangkut jaring (Tribunnews). Kejadian serupa terjadi tahun 1983.
Jumat, 22 April 2011: petang;           Perairan Baru Ampar, sumber lain menyebut Perairan Selat Sih’ Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (WWF 2011), 4 ekor terlihat berenang (uhrmedia – kkp.go.id)
Rabu, 29 Desember 2010: 10.00;      Sungai Kampar, Riau, 4 ekor terlihat berenang (1000insan.blogspot)
Senin, 24 Oktober 2010: Petang;      Sungai Kedang Pahu (anak Sungai Mahakam), Kecamatan Muara Pahu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 3 ekor berenang (iskandarzdatu.blogspot)
Selasa, 18 Mei 2010: -;                       Teluk Balikpapan, Balikpapan, Kalimantan Timur, 2 ekor terlihat berenang. (Antaranews, foto Stanislav Lhota, Zoolog University South Bohemia, Chechnya)
Kamis, 30 September 2004: 17.30;   Sungai Pella (menghubungkan sungai Mahakam dengan Danau Semayang, Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 10 – 12 ekor terlihat berenang.

Penelitian LIPI (lipi.go.id) :
Kamis, 20 Oktober 2005:
08.05     terlihat     6 ekor;
14.00     terlihat     4 ekor;
15.50     terlihat     6 ekor;
16.05     terlihat     8 ekor.

Jumat, 21 Oktober 2005:
08.10     terlihat     2 ekor;
08.30     terlihat     3 ekor;
14.00     terlihat     2 ekor;
16.30     terlihat     5 ekor.

Tanggal 27 Agustus s.d. 5 September 2007,

Tanggal 14 s.d. 21 September 2007, dan

Tanggal 22 s.d. 28 November 2007,
Yayasan Konservasi RASI meneliti sungai dan DAS Mahakam sejauh 1.709km, menemukan populasi pesut di :
Kutai Kartanegara  :       42 ekor
Kutai Barat             :       52 ekor
Jumlah                    :       94 ekor

Populasi Pesut Mahakam menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur antara Tahun 1975 – 2000 (dari Karya Tulis Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Penurunan dan Persebaran Populasi Pesut di Sungai Mahakam, Nurul Ihsan Fawzi, Nur Cholis Al-Hadi, dan Bambang Setya Aji, 2008) :
1975         1000   ekor           (0, angka penurunan awal)
1980         800     ekor           (-200)
1985         600     ekor           (-200)
1990         400     ekor           (-200)
1995         100     ekor           (-300)
2000         50       ekor           (-50)


SINOPSIS LEGENDA PESUT MAHAKAM

http://sastrabahasa21.wordpress.com/2014/03/11/sinopsis-legenda-pesut-mahakam/
Dikisahkan di sebuah dusun Rantau Mahakam, Kalimanatan Timur, hiduplah keluarga kecil yang bahagia mereka hidup damai di sebuah pondok sederhana. Namun pada suatu hari sang istri terserang penyakit aneh yang kemudian menewaskan sang istri. Sang ayah dan kedua putra putrinya sangat sedih. Sang ayah menjadi pemurung dan suka malas-malasan. Melihat kondisi itu para sesepuh kampung menasehati sang ayah agar tidak terlalu larut dalam kesedihan, kasihan anak-anaknya. Kemudian di saat musim panen diadakan pesta adat yang banyak menampilkan pertunjukan. Namun kemeriahan pesta belum bisa menghibur perasaan keluarga tersebut, sampai ketika sang ayah mendengar kabar bahwa dalam pesta adat tersebut ada gadis cantik yang sangat pandai menari. Saat melihat gadis itu sang ayah jatuh hati kepada gadis tersebut demikian juga dengan gadis tersebut. Setelah mendapat restu dari sesepuh kampung mereka akhirnya menikah.

Kebahagian itu tidak lama, hanya dalam beberapa bulan kemudian sang ibu tiri mulai menujukan rasa bencinya kepada anak-anak tirinya itu. Sang ibu sering memberi mereka makanan sisa, setiap hari menyuruh mereka untuk mencari kayu di hutan. Pada suatu hari ketika mereka mencari kayu di hutan, karena mereka sangat lapar ketika tengah hari maka pingsanlah kedua anak tersebut, kemudian mereka ditolong kakek tua. Ketika mereka pulang ke rumah, mereka sangat terkejut ternyata isi rumah mereka telah kosong.

Kedua anak tersebut mencari kemana sang ayah pergi. Ketika mereka tiba di tepi sungai Mahakam mereka melihat pondok yang mengepulkan asap, mereka mampir ke sana. Kemudian sang kakek menceritakan tentang orang yang telah mampir ke pondoknya sebelum kedua anak tersebut, kedua anak tersebut merasa yakin bahwa itu kedua otang tua mereka, sang kakek kemudian memberitahukan kemana tujuan orang tua kedua anak tersebut.

Kemudian kedua anak tersebut menyusul kedua orang tua mereka. Pada saat itu mereka menemukan pondok yang masih baru yang terletak di pinggir sungai. Ketika mereka memeriksa isi pondok mereka menemukan barang-barang milik ayah mereka tetapi kedua anak tersebut tidak menemukan ayah mereka di pondok. Ketika mereka memeriksa dapur, ternyata didapur hanya ada periuk berisi nasi yang sudah menjadi bubur di atas api, karena lapar akhirnya kedua anak tersebut memakannya. Namun beberapa saat kemudian kedua anak tersebut merasa ada yang berbeda, suhu tubuh mereka terasa sangat panas yang sangat luar biasa, kedua anak tersebut mencari air untuk meyiram tubuh mereka semua air di pondok itu telah habis. Mereka berlari ke arah sunga, sesampainya di sungai kedua anak tersebut masuk ke dalam sungai tidak beberapa lama kemudian mereka berubah menjadi ikan.

Sang ayah yang baru pulang dari ladang, sangat terkejut ketika menemukan sebuah bungkusan dan Mandau milik anaknya. Sang ayah mencari kedua anankya menyusuri jalan yang menuju ke arah sungai, tibanya di tepi sungai sang ayah menemukan dua ekor ikan yang sesekali muncul ke permukan dan menyemburkan air dari kepalanya, ketika akan memberitahukan kejadian itu pada istrinya, sang istri telah menghilang secara gaib, ternyata sang istri bukanlah manusia biasa.(*)


No comments:

Putri, Berkah Untuk Semua

Belum reda euforia atas kemenangan Tim Nasional Sepakbola kita di ajang SEA Games XXXII Cambodia, kini bangsa Indonesia kembali dibuat bangg...